Pemilihan Ketua KGRI Bluto Berlangsung Panas
A
|
lotnya pemilihan ketua tidak
hanya terjadi pada pemilihan ketua DPR
ataupun ketua umum patai saja, namun
juga dirasakan dalam pemilihan ketua Koperasi Guru Republik Indonesia (KGRI)
Bluto. Sucipto terpilih menjadi ketua setelah memperoleh suara terbanyak
diantara tiga calon lainnya.
Pemilihan
pengurus KGRI Bluto masa bakti
2015-2017 dilaksanakan bersamaan dengan Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan Rapat
Anggota Rencana Kerja/Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja (RK/RAPB) tahun buku 2015 pada
Sabtu, 28/02 di Aula KPRI Bluto.
Rapat dibuka
oleh Kepala UPT. Pendidikan Kec. Bluto, Sri Idarianingsih pada pukul 10.00 wib.
Laporang pertanggung jawaban pengurus dan pengawas serta neraca tahun buku 2014
diterima oleh anggota. Pengesahan RK/RAPB tahun 2015 juga dengan cepat
disetujui anggota dengan beberapa penyesuaian dibandingkan tahun sebelumnya.
RAT
dilanjutkan dengan pemilihan ketua KGRI. Formatir yang terbentuk menjaring
bakal calon (balon) yang berasal dari pengurus demisioner dan anggota. Ada dua
nama yang diusulkan anggota rapat dari pengurus demisioner yaitu Amsijo dan
Sucipto. Sedangkan dari unsur anggota muncul tiga calon yaitu Jamari, Moh.
Anwar, dan Zaili.
Suasana rapat
berubah panas saat Jamari sebagai ketua tim formatir membacakan tatib pemilihan
ketua KGRI yang salah satunya isinya membatasi balon dari unsur pengurus
demisioner hanya seorang. Dengan tatib seperti itu konsekuensinya harus ada
satu balon dari pengurus yang tidak masuk balon.
Sebagian
anggota tidak bisa menerima tatib yang akan membuang salah satu balon tersebut.
Hujan interupsi mewarnai jalannya pemilihan yang diikuti oleh hampir seluruh
anggota.
Ketika suasana
tak karuan, Sucipto maju kedepan lalu menyatakan tidak bersedia dicalonkan
menjadi ketua. Keputusan Sucipto memancing emosi pendukungnya yang menginginkan
dirinya tetap maju menjadi ketua. Pekikan dukungan anggota muncul dari berbagai
sudut ruangan. Mereka menyerukan agar Sucipto terus maju dan merubah tatib.
Dewan pengawas
turun tangan memberi penjelasan asbabunnuzul tatib yang bikin ricuh itu.
Namun, ketegangan belum juga redam. Ketua formatir akhirnya memilih menerobos
tatib karena kuasa tertinggi dalam koperasi adalah rapat anggota.
Dua pengurus
demisioner akhirnya maju menjadi calon ketua bersama dua calon dari anggota.
Sedang Jamari tidak bersedia dicalonkan karena merasa tidak siap dan belum
punya pengalaman dalam kepengurusan koperasi. Dengan begitu ada empat calon
yang akan dipilih menjadi ketua.
Pemilihan
dilaksanakan dengan voting tertutup. Saat surat suara disebar, pendukung salah
satu calon bergerilya mencari dukungan. Tak perlu waktu lama, surat suara kemudian
sudah terkumpul dan siap dihitung.
Suara untuk
Sucipto pertama kali dibacakan oleh tim. Sucipto terus memimpin perolehan suara
hingga surat suara penutup juga untuk Sucipto. Tepuk tangan dari anggota
menyambut suara terakhir yang sudah menandakan terpilihnya mantan pengurus
bidang USP itu.
Dalam
pemilihan pengurus untuk masa jabatan dua tahun itu masing-masing calon
mendapat suara; H. Amsijo 50, Sucipto 98, Zaili 4, dan Moh. Anwar 5. Ada 15 suara yang dinyatakan tidak sah karena
memilih dua calon dan ada pula yang memilih Bu Sri Idarianingsih, padahal dia
tidak mencalonkan.
Ketua terpilih
langsung memimpin tim formatir untuk
melengkapi susunan pengurus. Tampaknya tim juga tidak mudah menyusun pengurus,
hal ini dibuktikan dengan lamanya waktu yang mereka habiskan untuk merampungkan
susunan pengurus.
Setelah lima
puluh menit berunding, tim formatir berhasil menetapkan pengurus dan pengawas
masa bakti 2015-2017.
Ketua Sucipto,
Sekretaris Judi, Sujono Bendahara, dan Moh. Anwar USP. Sedang mantan ketua H.
Amsijo di daulat menjadi pengawas didampingi Sujono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar