Minggu, 17 Juni 2012

Ku Tutup Buku CDMPH


KU Tutup Buku  CDMPH
“Membaca buku ini tidak akan membuat saya menjadi penulis hebat… saya memutuskan untuk berhenti membaca buku… “
Karena sering nongkrong di grup facebook yang bernama Belajar Menulis  Gratis (BMG), saya mengenal buku Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat (CDMPH). Tak sedikit BMGers (sebutan untuk anggota BMG)  yang telah membaca buku CDMPH.

Menurut mereka, setelah membaca buku CDMPH motivasi menulis mereka terdongkrak. Keterampilan menulis terasah, hingga sebagian mampu menerbitkan buku.
Akupun terprovokasi untuk membeli buku yang ditulis oleh Jonru itu. Setelah melalui waktu yang cukup lama, akhirnya sayapun dapat memilikinya.

Bagaikan mendapat kiriman hadiah undian mobil, saya sangat senang ketika kiriman buku itu saya terima. Begitu buku di tangan, langsung aku membacanya. Saya tak sabar ingin melahap semua isi buku yang diterbitkan oleh Dapur Buku itu. Saya pikir buku inilah yang akan mengubah hidupku. Batu-batu cadas yang selama ini merintangi jalanku dalam menulis akan hancur. Dan sayapun menjadi penulis HEBAT.

Setiap lembar buku itu saya baca. Saya tidak ingin ada bagian penting dari buku itu terlewati. Saya mulai membacanya  dari  “Pujian untuk buku ini” dilanjutkan dengan bagian setelahnya.

Setelah lebih dari separuh bagian buku saya baca, saya dapat menarik kesimpulan dari buku yang dipromosikan lewat internet ini. Buku ini sama saja dengan buku-buku penulisan lain yang pernah saya baca. Membaca buku ini tidak akan membuat saya menjadi penulis hebat. Karena penulis yang hebat tercipta dari banyak menulis bukan hanya banyak membaca. 

Dengan hanya membaca buku ini, saya akan menjadi penulis pintar bukan penulis praktis apalagi penulis hebat.  “Penulis pintar adalah penulis yang menguasai macam-macam teori dan kiat penulisan”.(Jonru,2012: 225) 

Selama ini saya banyak membaca buku-buku teknik menulis. Tapi tetap saja saya bukanlah penulis. Karena saya hanya membaca bukan menulis. Saya kenal berbagai teori dan teknik menulis yang baik. Tapi hanya tahu bukan melaksanakan. Padahal penulis itu, menulis, menulis, dan menulis.

Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti membaca buku yang sampulnya bergambar penulisnya itu. Saya tutup, dan tidak melanjutkan membacanya. Kemudian saya mengambil bolpen dan beberapa lembar kertas dan kumulai menulis. Menulis apa saja yang bisa kutulis. Tak perlu mencari ide atau membuat kerangka karangan. Saya abaikan aturan menulis atau apapun yang dapat menghambat saya menulis.

Hingga hari ke 11 buku itu belum selesai saya baca. Padahal biasanya saya dapat menuntaskan buku setebal 200 halaman dalam beberapa hari saja. Setelah saya merampungkan tulisan ini, mungkin saya akan melanjutkan membaca buku CDMPH.

Rabu, 30 Mei 2012

SETAN TERTAWA

Setan tak henti-hentinya merayu manusia untuk menjadi pengikutnya. Berbagai cara ia lakukan agar manusia dengan senang hati menemaninya. Jika cara yang satu gagal menjebak, dia mengganti dengan cara yang lain.

Gol setan adalah menjerembabkan manusia dalam kubah maksiat. Menerjang rambu-rambu yang dibuat Tuhan. Bergumul dalam kemaksiatan meninggalkan kewajiban.

Jika ada cucu Adam bersikukuh untuk melaksanakan kewajiban, setan tetap saja tidak putus asa. Dia biarkan manusia melakukan kebaikan, namun ia berupaya agar kebaikan itu ternodai. Kewajiban atau kebaikan yang manusia tunaikan tidak lagi murni mencari ridlaNYA. Ada maksud tersembunyi dibalik kemurahannya yaitu untuk dirinya.

Hal lain yang setan dengungkan pada manusia yang bertekad berbuat baik adalah menundanya. "Ya, betul kamu harus melakukan kewajibanmu karena itu juga tanggung jawabmu. Tapi nggak apa-apa kamu tunda dulu hingga kamu benar-benar siap dan dapat melakukannya dengan lebih baik". Setan mencoba merayu.

Manusia yang lengahpun menjawab, "Ia, aku kan bisa melakukan nanti. aku-pun pasti akan melakukan". Ia-pun menunda apa yang bisa lakukan di lain waktu. Manusia itu  tidak merasa bahwa dirinya masuk ke dalam jala setan.

"Ha.... ha ......ha..., aku berhasil, aku menang!" Setan manyambutnya dengan gembira.

Jangan tunggu hingga nanti, apa yang bisa kau lakukan saat ini. SETAN mengintai anda.

Sabtu, 28 Januari 2012

ESENSI MAULID NABI SAW


MENGGALI ESENSI PERINGATAN MAULID NABI
Dalam kalender Hijriyah ada beberapa bulan yang kedatangannya disambut meriah oleh umat islam. Salah satunya adalah bulan Rabiul Awal. Masyarakat Madura lebih familiar menyebutnya dengan “molotan” (maulid). Maulid berarti kelahiran, dan pada bulan inilah nabi Muhammad saw. lahir sehingga bulan ini juga disebut bulan maulid.
Di Indonesia hari lahir nabi ini menjadi hari libur nasional. Masyarakat pada umumnya merayakan maulid di tempat-tempat ibadah seperti masjid dan mushalla. Selain di masjid secara khusus para siswa dan guru juga merayakan di sekolah, pegawai di lembaga-lembaga pemerintah ataupun swasta merayakan di kantor masing-masing. Presiden bersama para menteri merayakan maulid di masjid istiqlal ataupun di istana.
Ada tradisi yang berbeda khususnya di Madura dalam merayakan maulid ini dengan merayakan hari besar islam yang lain. Menjelang perayaan maulid masyarakat menyiapkan makanan dan buah yang beragam. Aneka makanan dan buah itu dibawa dari rumah masing-masing lalu dikumpulkan di masjid pada saat perayaan.  Selesai acara, makanan dan buah diberikan kepada jama’ah yang hadir.
Mereka meyakini bahwa kelahiran nabi Muhammad saw. tidak hanya mengangkat peradaban manusia, tapi juga memberikan harapan bagi masa depan hewan, tumbuhan dan seluruh alam (rahmatan lil alamiin). Karena itu sebagai bentuk kebahagiaan  buah-buahan menjadi bagian dari setiap perayaan maulid nabi Muhammad saw.
Semarak maulid yang dilaksanakan diberbagai tempat dari mushalla sampai istana, oleh berbagai kalangan dari karyawan sampai presiden kurang memberikan arti bagi kehidupan jika dilaksanakan sebatas ceremonial semata.  Maka perlu menggali esensi maulid  yang lebih dalam dari sekedar ritual, sehingga kelahiran nabi benar-benar menjadi rahmatan bagi kemanusian dan lingkungan.
Maulidan adalah proses untuk mengabrabkan umat islam dengan juru selamatnya yaitu nabi Muhammad saw. Sholawat Ad- diba’e dan Al- barsanji yang kerap disenandungkan dalam setiap peringatan maulid berisi sanjungan serta menceritakan kisah hidup nabi saw.  Kisah pilu nabi yang tidak pernah menatap wajah sang ayah, mengakhiri masa kanak-kanak tanpa belaian kasih bunda yang pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya, serta suka-duka mengemban amanat Tuhan untuk menyelamatkan manusia. Kisah-kisah itu menumbuhkan cinta di hati umatnya. Cinta yang berbuah rindu untuk bertemu dengannya serta ingin mengikuti sunnahnya.
Nabi Muhammad saw. memanglah layak untuk dicinta, diidolakan, dijadikan model dan ditiru oleh umatnya. ” Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu...”  ( Al-Ahzab -21)
Esensi maulidan adalah Internalisasi sikap, kepribadian, perilaku serta ajaran Muhammad saw. sehingga menjadi rujukan bagi aktivitas kaum muslimin. Kelahiran nabi tidak cukup dihayati dalam acara perayaan. Seharusnya kelahiran nabi selalu hadir mewarnai seluruh kehidupan umat islam. Nabi hadir di tengah masyarakat, dalam dunia usaha dan dalam birokrasi. Nabi menjadi model dalam bersosialisasi dengan tetangga, berbisnis dan berpolitik.
Seandainya masyarakat membawa nabi ke dalam kehidupannya maka, tidak ada permusuhan antar tetangga, tidak ada keluarga kelaparan di tengah keluarga yang serba kecukupan karena nabi mengajarkan kepedulian serta cinta terhadap sesama. Seandainya nabi hadir dalam dunia usaha maka, tidak ada konsumen yang kecewa, tidak ada demo buruh menuntut pembayaran gaji karena nabi membawa etika bermuamalah. Seandainya nabi bersama karyawan dan pegawai maka, tidak ada kata terlambat atau pekerjaan terbengkalai karena nabi mengajarkan tanggung jawab. Seandainya nabi ada dalam dunia birokrasi maka tidak ada pejabat korupsi dan menuntut kenaikan gaji atau renumerisasi, karena nabi mencotohkan perilaku hidup sederhana disaat menjadi penguasa.
Selama ini bencana alam, kerukunan, kemanusiaan, peradilan, kemiskinan dan berbagai macam bencana kerap mengancam kehidupan kita. Itu semua bisa terjadi karena kita jauh dari (ajaran) nabi Muhammad. Kita hanya bisa merayakan kelahirannya tanpa memperdulikan kehadiran (ajaran)nya dalam perilaku kita sehingga kita terancam siksaNYA.
”Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada di antara mereka.....” (Al-Anfal.33)