Kamis, 03 November 2011

Segelas Air


HARGA SEGELAS AIR
Anugerah apa yang kau dapatkan hari ini? Pernahkah kita menghitung, berapa kekayaan yang kita miliki? Ada rambut yang menghiasi kepala, telinga untuk mendengar, mata yang dapat melihat orang-orang tersayang disekeliling kita, berbagai aroma dan wewangian bisa dinikmati dengan hidung, dan setiap hari kita bisa bicara, bercanda dan tertawaria. Ternyata nikmat yang menempel di bagian luar kepala saja begitu banyak, apalagi bila ditambah dengan  nikmat yang lain.
Adakalanya, anugerah Tuhan itu yang diberikan kepada kita tidak dirasakan sebagai suatu yang berarti, karena kita sudah terbiasa mendapat anugerah itu. Mata, rambut, telinga, lidah, dan semua anggota tubuh kita itu adalah suatu karunia yang tidak kita rasakan arti keberadaannya karena kita memilikinya dan dapat menggunakannya kapan saja kita mau.
Arti sesuatu baru kita rasakan manakala sesuatu itu telah tiada. Arti mata akan dirasakan bagi mereka yang buta. Orang-orang yang tuli akan memberikan arti pada fungsi telinga. Kalau mau tau arti rambut, tanyakanlah pada orang yang memiliki kepala botak. Si bisu juga akan memberi arti bagi lidah yang dengan mudah bersuara.
Kisah bijak hadir dari seorang Raja, Khalifah Harun Al-Rasyid. Suatu saat datanglah penasehat raja kehadapannya dengan membawa segelas air.
“Khalifah, Seandainya segelas air ini harus tuan minum, dan tidak ada air yang lain, dengan apa tuan menukar segelas air ini?” Tanya penasehat raja.
“Segelas air itu saya bayar dengan separuh hartaku?” jawab khalifah.
“Seandainya segelas air yang tuan minum harus keluar dari dalam tubuh tuan, dan ternyata tidak bisa keluar, Dengan apa tuan membayar agar air itu bisa keluar?”. Tanya penasehat kembali.
“Untuk mengeluarkan air dalam tubuhku itu, saya bayar dengan separuh hartaku” jawab khalifah.
Ternyata harga segelas air yang masuk dan keluar dari tubuh itu bagi Harun Al-Rasyid adalah seluruh hartanya.
Berapa gelas air yang kita minum setiap hari?,
Berapa kali kita membuang air dalam sehari?
kalikan dengan lamanya waktu kita hidup di dunia.
Dengan apa kita harus membayarnya?

 Kita takkan mampu menghitung nikmat Allah yang diberikan kepada kita. Celakanya kita tak pernah memikirkan atau merasakannya sehingga kita tidak bersyukur kepadaNYA. Segeralah bersyukur!, atau kita menunggu nikmat itu dicabut dari kita hingga berganti penyeselan dan kesedihan.